Tuesday, May 3, 2011

Alam Indonesia

Alam Indonesia memang indah. Sayangnya, tidak banyak sutradara dan produser film di negeri ini menyadari perlunya alam indah negeri kita diangkat ke layar film. Umumnya, kita baru merasa bangga jika alam indah negeri kita difilmkan oleh sutradara dan produser film asing.
"Anda ingat film Eat, Pray, Love yang dibintangi aktris peraih Oscar, Julia Roberts? Film Hollywood yang syuting di Bali itu memang merekam keindahan alam Pulau Dewata. Hasilnya, tidak saja membanggakan masyarakat Bali yang seni dan budayanya sudah mendunia, tetapi juga memberi inspirasi kepada produser dan sutradara kita agar lebih sering menjual alam indah Indonesia melalui film. Gara-gara film Eat, Pray, Love itu sendiri, nama Indonesia makin populer di Amerika Serikat," ujar aktris senior Christine Hakim yang ikut membin-tangi film Eat, Pray, Love ketika berbincang dengan Suara Karya di Jakarta, pekan lalu.
Christine Hakim \rang juga Duta Kebudayaan Indonesia menilai, jika alam Indonesia lebih sering dijual melalui perfilman, tidak mustahil film Indonesia akan menjadi salah satu sumber pembiayaan negara karena film-film yang menjual keindahan alam itu banyak disukai masyarakat dunia.
"Artinya, film yang bernapaskan keindahan alam memang berpotensi menghasilkan uang, berpotensi ikut menyejahterakan rakyat. Jadi, mestinya para sutradara dan produser film kita lebih sering menjual keindahan alam dalam beragam kemasan di film," tutur Christine Hakim.
Sutradara Garin Nugroho dan Ari Sihasale termasuk di antara sedikit sineas Indonesia yang besar kepeduliannya terhadap keindahan alam Indonesia. Ketika diwawancarai Suara Karya pekan lalu, Garin Nugroho mengaku sudah mengangkat potensi keindahan alam di berbagai daerah ke film sejak lebih dari dua puluh tahun silam.
Film-film karya Garin yang bersentuhan langsung mengenai keindahan alam Indonesia setidaknya bisa dilihat dalam film Cinta Dalam Sepotong Roti (buatan tahun 1991) yang dibintangi
Adjie Massaid dan Cut Rizki Teo. Kemudian Bulan Tertusuk Ilalang (1995), Daun di Atas Bantal (1998) dan Opera Jawa (2006) yang juga mendapat respons positif di kalangan masyarakat Eropa. "Saya mengenalkan alam yang indah dalam film-film saya itu semata-mata untuk mengajak penonton kagum dengan potensi keindahan alam negerinya sendiri. Gara-gara keindahan alam yang saya jual di film-film itu, banyak wisatawan menelepon saya hanya untuk mengetahui alam mana yang indah dipotret, alam mana yang indah dikunjungi, bahkan alam mana yang menarik dijadikan lokasi suting film," ujar Garin.
Kini sutradara senior ini juga minta putrinya yang menjadi sutradara agar sering menggarap keindahan alam Indonesia menjadi objek syuting film-filmnya "Film tentang keindahan alam Wakatobi, misalnya, yang digarap berdasarkan kerja sama dengan Pemkab Wakatobi, itu putri saya.yang menyu-tradarainya. Saya ingatkan agar anak saya merekam banyak gambar menarik dari Taman Nasional Bawah Laut Wakatobi agar daerah itu bisa juga mendunia seperti Bali," kata Garin.
Langkah serupa rupanya juga diterapkan Ari Sihasale. Sejak memutuskan menjadi produser, suami artis Nia Zulkarnaen ini menuturkan, dirinya tertarik mengangkat potensi keindahan alam di tanah Papua. "Kebetulan, saya melihat banyak anak usia sekolah telantar di sana Tapi, mereka itu punya semangat tinggi untuk menjadi anak yang pintar. Nah, saya angkat cerita tentang semangat untuk sekolah anak-anak Papua itu ke dalam film Denias, Senandung di Atas Awan. Film yang diwarnai banyak keindahan alam Papua dan sekitar Timika itu membuat masyarakat dunia takjub. Akibatnya, ketika film itu diikutkan dalam Festival Film Anak Dunia di Australia, film itu langsung dinobatkansebagai film terbaik.
"Sekarang aku dan suami berminat menggarap film tentang semangat pendidikan di kalangan anak suku kubu di pedalaman Jambi. Itu juga menjual tentang keindahan alam dan semangat anak pedalaman menjadi anak yang cerdas," tutur Nia Zulkarnaen yang menjadi produser di PT Alenia Film, perusahaan yang bertekad menghasil kan banyak film Indonesia yang menjual daya tarik keindahan alam Indonesia
Kapan sutradara lainnyamenyusul?

0 comments:

Post a Comment

Autumn Leaf